23 Mei 2012

KITA HARUS BERUBAH


            Saat saya ditawari oleh seorang teman untuk menjadi DF (District Facilitator) dari DBE 3 (Decentralized Basic Education), saya ragu untuk mengiyakan karena saya belum tahu apa itu program DBE 3, maklum saya bukan guru dari sekolah mitra DBE 3. Setelah diyakinkan oleh teman saya bahwa akan banyak manfaat yang diperoleh jika mengikuti program-program DBE, akhirnya saya mengiyakan dan bersedia menjadi salah satu DF mata pelajaran IPA Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
            Saat mengikuti ToT (Training of Trainer) untuk pelatihan BTL2 (Better Teaching and Learning 2) saya menemukan ada yang berbeda dibandingkan dengan pelatihan-pelatihan lain yang pernah saya ikuti. Jika mengikuti pelatihan lain sering muncul rasa kantuk ketika di dalam ruangan, pada pelatihan ToT BTL2 saya tidak sempat mengalami itu. Peserta pelatihan termasuk saya tidak sempat mengalami rasa kantuk karena setiap sesi kegiatan menuntut semua peserta untuk aktif bergerak, berdiskusi, menempel karya, dan kunjung karya ke kelompok lain.
            Saya baru tersadar bahwa kegiatan pembelajaran yang saya lakukan selama ini jauh dari ideal. Saya jarang sekali menerapkan pembelajaran kooperatif, mengajukan pertanyaan tingkat tinggi, mengaapresiasi karya siswa, atau melakukan refleksi setiap akhir pembelajaran. Pelatihan BTL2 telah membuka kesadaran saya bahwa saya harus berubah.
            Melakukan perubahan adalah sebuah kata kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Jika selama ini kita merasa nyaman dengan metode pembelajaran kita yang konvensional, paradigma itu harus segera berubah. Jika selama ini pembelajaran kita di kelas masih teacher center, mulai hari ini harus mengubahnya menjadi siswa yang menjadi pusat pembelajaran.  Pembelajaran kita di kelas harus kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Karena jika pembelajaran kita di kelas hanya teoritis verbal belaka, pembelajaran itu kurang bermakna.
            Saya beruntung masih memiliki kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan Pembelajaran Bermakna 3 (BTL3), dan semakin lengkaplah modal saya untuk menciptakan pembelajaran yang ideal di dalam kelas. Tambahan pengetahuan tentang pemetaan kurikulum, pembuatan lembar kerja, rubrik penilaian, jurnal belajar guru dan siswa, pemajangan karya siswa, serta refleksi guru melengkapi pengetahuan yang saya peroleh di pelatihan BTL2.  Ternyata, pembelajaran saya di kelas selama ini masih jauh dari pembelajaran ideal.
            Meskipun saya berasal dari sekolah non mitra DBE, ada keinginan yang kuat untuk mengadopsi semua yang saya peroleh selama mengikuti kegiatan DBE dan diterapkan di sekolah saya, minimal di kelas yang saya ajar. Saya mengamati sebagian besar guru, mungkin termasuk saya, masih menerapkan pola pembelajaran konvensional, yang berpusat pada guru. 
            Jika kita bermimpi kualitas pendidikan kita sejajar dengan negara lain, bahkan lebih unggul maka mengubah paradigma lama praktik pembelajaran kita di kelas menjadi pembelajaran yang menyenangkan  dan berpusat pada siswa adalah kebutuhan yang tidak bisa di tawar. Jika kita tidak mau berubah maka kualitas pembelajaran kita tidak akan memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan nasional. Kalau tidak sekarang kapan lagi. (Wahyudi Oetomo, SPd. DF mata pelajaran IPA Kab. Bangkalan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pidato Mendikbudristek untuk upacara peringatan Hardiknas 2023.pdf

     Teks bisa di unduh disini