
Serpihan gambar di atas, adalah sebagian reruntuhan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, tanggal 9 Mei 2012.
Penerbangan Joy Flight, yang mestinya menjadi penerbangan yang menyenangkan berubah menjadi kabar duka, ketika pesawat itu hilang kontak dari Air Traffic Control Bandara Soekarno-Hatta, dan dinyatakan positif keesokan harinya jatuh di Gunung Salak.
Tulisan ini tidak akan menganalisis teknis penyebab kecelakaan ini, tapi mencoba menjadikannya bahan perenungan bagi kita yang kebetulan tidak turut dalam penerbangan itu.
Coba bayangkan, seandainya kita termasuk diantara salah satu penumpang yang ikut penerbangan joy flight tersebut. Dan kita termasuk yang kehilangan nyawa akibat kecelakaan itu. Lalu, siapkah kita dengan tabungan amal yang telah kita kumpulkan selama nyawa masih di raga kita untuk menghadap Allloh SWT, Tuhan yang maha kuasa.
Kita yakin bahwa penyebab kematian seseorang tak ada yang pernah tahu, karena itu rahasia Tuhan. Kewajiban kita menyiapkan sebaik-baiknya bekal menuju kematian. Media kematian tak harus melalui jatuh dari pesawat terbang, bisa juga naik becak yang diseruduk truk karena supirnya ngantuk. Atau bahkan duduk di warung kopi di pinggir jalan, dapat saja menyebabkan nyawa melayang karena ditubruk bis yang mengalami slip karena bannya pecah.
Jika setelah melihat kecelakaan pesawat SSJ 100, lalu kita takut naik pesawat dan memutuskan untuk tidak naik pesawat kemana pun pergi, rasanya terlalu berlebihan. Memang tiap orang punya sikap yang berbeda-beda dalam melihat sebuah peristiwa, namun mestinya tiap orang punya kesadaran, bahwa kematian akan menjemput seseorang di mana saja. Silahkan takut, tapi jangan berlebihan...