Oleh: Ustadz Abu Rasyid
MUQADDIMAH
Artinya: Diriwayatkan dari Anas ra. ia
berkata : Telah bersabda Rasulullah
saw. : Apabila ada sesuatu dari urusan duniamu, maka kamu lebih tahu tentang
hal itu. Jika ada urusan dienmu, maka akulah tempat kembalinya ( ikuti aku ). ( H.R Ahmad).
Artinya : Dirwayatkan dari 'Aisyah ra :
Rasulullah saw. telah bersabda :
Barangsiapa melakukan perbuatan yang bukan perintah kami, maka ia
tertolak ( tidak diterima). Dan dalam riwayat lain: Barangsiapa yang mengada-adakan
dalam perintah kami ini yang bukan dari padanya, maka ia tertolak. Sementara
dalam riwayat lain : Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan yang lain daripada
perintah kami, maka ia tertolak.
(HR.Ahmad. Bukhary dan Abu Dawud).
(HR.Ahmad. Bukhary dan Abu Dawud).
Kandungan dua hadits shahih di atas
menerangkan dengan jelas dan tegas bahwa segala perbuatan, amalan-amalan yang
hubungannya dengan dien/syari'at terutama dalam masalah ubudiyah wajib menurut
panduan dan petunjuk yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. Tidak boleh ditambah
dan/atau dikurangi meskipun menurut fikiran seolah-olah lebih baik. Diantara
cara syaitan menggoda ummat Islam ialah membisikkan suatu tambahan dalam urusan
Dien. Sayangnya, perkara ini dianggap soal sepele, enteng dan remeh. Padahal
perbuatan seperti itu adalah merupakan suatu kerusakan yang amat fatal dan berbahaya.
Sabda Rasul saw. :
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra,
katanya : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. berkhutbah kepada manusia pada waktu
haji Wada' . Maka beliau bersabda : Sesungguhnya Syaithan telah berputus asa (
dalam berusaha ) agar ia disembah di bumimu ini. Tetapi ia ridha apabila (
bisikannya) ditaati dalam hal selain itu; yakni suatu amalan yang kamu anggap
remeh dari amalan-amalan kamu, berhati-hatilah kamu sekalian. Sesungguhnya aku
telah meninggalkan untukmu , yangjika kamu berpegang kepadanya niscaya kalian
tidak akan sesat selama-lamanya. Yaitu: Kitab Allah dan sunnah NabiNya. "
( HR. Hakim ).
Dengan demikian dapat difahami bagaimana
Rasulullah saw. mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap provokasi setan
untuk beramal dengan menyalahi tuntunan Nabi sekalipun hal itu nampak remeh. "Diriwayatkan
dari Ghudwahaif bin Al-Harits ra: ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. :
Setiap suatu kaum mengadakan Bid'ah, pasti saat itu diangkat (dihilangkan )
sunnah semisalnya. Maka berpegang teguh kepda sunnah itu lebih baik daripada
mengadakan bid'ah" ( HR. Ahmad ).
Jadi, ketika amalan bid'ah ditimbulkan
betapapun kecilnya, maka pada saat yang sama Sunnah telah dimusnahkan. Pada
akhirnya lama kelamaan yang nampak dalam dien ini hanyalah perkara bid'ah
sedangkan yang Sunnah dan original telah tertutup. Pada saat itulah ummat Islam
akan menjadi lemah dan dikuasai musuh.
Insya Allah tak lama lagi kita akan
menyambut kedatangan Ramadhan,dalam bulan yang penuh berkat ini kita diwajibkan
menjalankan ibadah puasa Ramadhan
sebulan penuh , yang mana hal tersebut merupakan
salah satu bagian dari rukun Islam. Karenanya hal tersebut amat penting.
Berkaitan dengan hal diatas, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menunaikan ibadah puasa ini sesempurna mungkin , benar-benar bebas dari
bid'ah sesuai dengan panduan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw.
Untuk keperluan itulah dalam risalah yang
sederhana ini diterangkan beberapa hal yang berkaitan dengan amaliah puasa
Ramadhan, zakat fithrah, dan Shalat 'Ied
berdasarkan Nash-nash yang Shariih ( jelas
). Dalil - dalil dan KESIMPULAN dibuat agar mudah difahami antara hubungan amal
dengan dalilnya. Dan -tak ada gading yang tak retak- kata pepatah, sudah barang
tentu risalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk menuju kesempurnaannya
bantuan dari pemakai amat diharapkan. Semoga risalah ini diterima oleh Allah
sebagai Amal Shalih yang bermanfaat terutama di akhirat nanti. Amien.
I. MASYRU'IYAT DAN MATLAMAT PUASA
RAMADHAN.
1. "Wahai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
2. "Bulan Ramadhan, bulan yang
didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil ), karena
itu barangsiapa diantara kamu menyaksikan (masuknya bulan ini ), maka hendaklah
ia puasa... " ( Al-Baqarah
: 185).
3. " Telah bersabda Rasulullah saw. :
Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain
Allah, dan sesungguhnya Muhammad ituadalah
utusan Allah. Mendirikan Shalat
Mengeluarkan Zakat puasa di bulan Ramadhan Menunaikan haji ke Ka'bah. ( HR.Bukhari
Muslim ).
4. "Diriwayatkan dari Thalhah bin '
Ubaidillah ra. : bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi saw. : ia
berkata : Wahai Rasulullah beritakan
kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah
atas diriku. Beliau bersabda : puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi :
Adakah puasa lain yang diwajibkan atas
diriku ?. Beliau bersabda : tidak ada,
kecuali bila engkau puasa Sunnah. ".
KESIMPULAN : Dari ayat-ayat dan
hadits-hadits diatas, kita dapat mengambil pelajaran :
1. puasa Ramadhan hukumnya Fardu ‘Ain (
dalil 1, 2, 3 dan 4 ).
2. puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan
untuk menyempurnakan ketaqwaan (dalil no 1).
II. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN
KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA
1. Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah
ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan
Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan
atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka
ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya
sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal
baik didalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan
lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).
2. "Diriwayatkan dari Urfujah, ia
berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami
seorang dari Sahabat Nabi saw. ketika Utbah
melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia
diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata : Saya
telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan
Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Jannah, dan dalam
bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada
malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan
bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan
berhentilah ( dari perbuatan jahat) . Seruan ini terus didengungkan sampai
akhir bulan Ramadhan." (Riwayat Ahmad dan Nasai )
3. " Diriwayatkan dari Abi Hurairah
ra. Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at
sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan
berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila
dosa-dosa besar dijauhi." ( H.R.Muslim)
4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin
Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: puasa dan Qur'an itu
memintakan syafa’at seseorang hamba di hari
Kiamat nanti. puasa berkata : Wahai
Rabbku,aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di
siang hari, maka berilah aku hak untuk
memintakan syafa'at baginya. Dan berkata
pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari (
karena membacaku ), maka berilah aku
hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka
keduanya diberi hak untuk memmintakan syafaat." ( H.R. Ahmad, Hadits
Hasan).
5. "Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad
: Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada
sebuah pintu yang disebut " Rayyaan".
Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang
yang puasa? ( untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir
diantara mereka sudah memasuki pintu itu,
maka ditutuplah pintu itu." (HR.
Bukhary Muslim).
6. Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa
puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu
dan yang sekarang ( HR.Bukhary
Muslim).
KESIMPULAN : Kesemua Hadits di atas memberi
pelajaran kepada kita, tentang keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beramal
didalamnya, diantaranya :
1. Bulan Ramadhan adalah:
- Bulan yang penuh Barakah.
- Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
- Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
- Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
- Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1 & 2).
2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan
antara lain :
- Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
- Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
- Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. ( dalil 3, 4, 5 dan 6).
III. CARA MENETAPKAN AWAL DAN AKHIR BULAN
1. "Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra.
beliau berkata : Manusia sama melihat Hilal (bulan sabit), maka akupun mengabarkan
hal itu kepada Rasululullah saw. Saya
katakan : sesungguhnya saya telah melihat
Hilal. Maka beliau saw. puasa dan
memerintahkan semua orang agar puasa." ( H.R Abu Dawud, Al-Hakim dan Ibnu
Hibban).(Hadits Shahih).
2. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
Bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: Mulailah puasa karena melihat
ru'yah dan berbukalah ( akhirilah puasa
Ramadhan ) dengan melihat ru'yah. Apabila
awan menutupi pandanganmu, maka sempurnakanlah bulan Sya'ban selama Tiga Puluh
hari. "( HR. Bukhary
Muslim).
KESIMPULAN
- Menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan dengan melihat ru'yah, meskipun bersumber dari laporan seseorang, yag penting adil ( dapat dipercaya ).
- Jika bulan sabit ( Hilal ) tidak terlihat karena tertutup awan, misalnya, maka bilangan bulan Sya'ban digenapkan menjadi Tiga Puluh hari. ( dalil 1 dan 2).
- Pada dasarnya ru'yah yang dilihat oleh penduduk di suatu negara, berlaku untuk seluruh dunia. Hal ini akan berlaku jika Khilafah ' Ala Minhaajinnabiy sudah tegak ( dalil 2 ).
- Selama khilafah belum tegak, untuk menghindarkan meluasnya perbedaan pendapat ummat Islam tentang hal ini, sebaiknya ummat Islam mengikuti ru'yah yag nampak di negeri masing-masing. ( ini hanya pendapat sebagian ulama).
IV. RUKUN PUASA
1. "... dan makan dan minumlah hingga jelas
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai malam...(
AL-Baqarah :187).
2. "Adiy bin Hatim berkata : Ketika
turun ayat ; artinya (...hingga jelas bagimu benang putih dari benang
hitam...), lalu aku mengambil seutas benang hitam dan seutas benang putih, lalu
kedua utas benang itu akau simpan dibawah bantalku. Maka pada waktu malam saya
amati, tetapi tidak tampak jelas, maka saya pergi menemui Rasulullah saw. Dan saya
ceritakan hal ini kepada beliau. Beliapun bersabda: Yang dimaksud adalah
gelapnya malam dan terangnya siang (fajar). " ( H.R. Bukhary Muslim).
3. "Allah Ta'ala berfirman : "
Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan
ketaatan untukNya " ( Al-Bayyinah :5)
4. "Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan
sesuai dengan apa yang diniatkan." ( H.R
Bukhary dan Muslim).
5. "Diriwayatkan dari Hafshah , ia
berkata : Telah bersabda Nabi saw. : Barangsiapa yang tidak beniat (puasa
Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa
baginya ." (HR. Abu Dawud) Hadits
Shahih.
KESIMPULAN:
Keterangan ayat dan hadit di atas memberi
pelajaran kepada kita bahawa rukun puasa Ramadhan adalah sebagai berikut :
a. Berniat sejak malam hari ( dalil 3,4 dan
5).
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima')
dengan isteri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (
Maghrib), ( dalil 1 dan 2).
V. YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.
1. "Wahai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu sekalian untuk puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa. " ( Al-Baqarah
: 183)
2. "Diriwayatkan dari Ali ra., ia
berkata : Sesungguhnya nabi saw telah bersabda : telah diangkat pena (
kewajiban syar'i/ taklif) dari tiga golongan .
- Dari orang gila sehingga dia sembuh - dari
orang tidur sehingga bangun - dari
anak-anak sampai ia bermimpi / dewasa." ( H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi).
KESIMPULAN
Keterangan di atas mengajarkan kepada kita
bahwa : yang diwajibkan puasa Ramadhan adalah: setiap orang beriman baik lelaki
maupun wanita yang sudah
baligh/dewasa dan sehat akal /sadar.
VI. YANG DILARANG PUASA
1. "Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. ia
berkata : Disaat kami haidh di masa Rasulullah saw, kami dilarang puasa dan
diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak
diperintah mengqadha Shalat "( H.R
Bukhary Muslim).
KESIMPULAN
Keterangan di atas memberi pelajaran kepada
kita bahwa wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya,
lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag
ditinggalkannya selama dalam haidh.
VII. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN
1. "(Masa yang diwajibkan kamu puasa
itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur'an, menjadi pertunjuk
bagi sekalian manusia, dan menjadi
keterangan-keterangan yang menjelaskan
pertunjuk, dan (menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil. Karenanya,
siapa saja dari antara kamu yang
menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau
mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu; dan siapa saja yang sakit
atau dalam musafir maka (bolehlah ia
berbuka, kemudian wajiblah ia puasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan
yang demikian itu) Allah menghendaki
kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak
menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan
puasa (sebulan Ramadhan), dan
supaya kamu membesarkan Allah karena
mendapat pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur." ( Al-Baqarah:185.)
2. "Diriwayatkan dari Mu'adz , ia
berkata : Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka
DIA turunkan ayat ( dalam surat
AL-Baqarah : 183-184), maka pada saat itu
barangsiapa mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin,
keduanya diterima. Kemudian Allah menurunkan ayat lain ( AL-Baqarah : 185),
maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan
diberi rukhsah ( keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan
ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi oran yang sudah sangat tua dan
tidak mampu puasa. " ( HR. Ahmad, Abu Dawud, AL-Baihaqi dengan sanad
shahih).
3. "Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy
: Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar,
berdosakah saya ? Maka beliau bersabda :
hal itu adalah merupakan kemurahan dari
Allah Ta'ala, maka barangsiapa yang menggunakannya maka itu suatu kebaikan dan
barangsiapa yang lebih suka untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya
" ( H.R.Muslim)
4. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry
ra. ia berkata : Kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Makkah, sedang kami
dalam keadaan puasa. Selanjutnya ia
berkata : Kami berhenti di suatu tempat.
Maka Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada ditempat
yang dekat dengan musuh kalian,
dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada
kamu. Ini merupakan rukhsah, maka diantara kami ada yang masih puasa dan ada
juga yang berbuka. Kemudian kami berhenti di tempat lain. Maka beliau juga
bersabda: Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi
kekuatan kepada kamu sekalian,maka berbukalah. Maka ini merupakan kemestian,
kamipun semuanya berbuka. Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah
saw. kami puasa ." ( H.R Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).
5. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry
ra. ia berkata : Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw.
di bulan Ramadhan. Diantara kami ada
yang puasa dan diantara kami ada yang
berbuka . Yang puasa tidak mencela yang berbuka ,dan yang berbuka tidak mencela
yang puasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan
lalu puasa, hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah
lalu berbuka,maka hal ini juga baik"
(HR. Ahmad dan Muslim)
6. "Dari Jabir bin Abdullah : Bahwa
sesungguhnya Rasulullah saw. pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu Makkah,
beliau puasa sampai ke Kurraa’il Ghamiim dan semua manusia yang menyertai
beliau juga puasa. Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai
beliau merasa berat , tetapi mereka tetap
puasa karena mereka melihat apa yang tuan
amalkan (puasa). Maka beliau meminta segelas air lalu diminumnya. Sedang
manusia melihat beliau, lalu
sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap
puasa. Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk
puasa. Maka beliaupun bersabda : mereka itu adalah durhaka." (HR.Tirmidzy).
7. "Ucapan Ibnu Abbas : wanita yang
hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak
mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup
membayar fidyah memberi makan orang miskin
" ( Riwayat Abu Dawud ). Shahih
8. "Diriwayatkan dari Nafi' dari Ibnu
Umar: Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan
), sedang ia dalam keadaan hamil. Maka
ia menjawab : Berbukalah dan berilah makan
sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa ." (Riwayat Baihaqi)
Shahih.
9. "Diriwayatkan dari Sa'id bin Abi
'Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata : Apabila seorang wanita hamil khawatir
akan kesehatan dirinya dan wanita yang
menyusui khawatir akan kesehatan anaknya
jika puasa Ramadhan. Beliau berkata : Keduanya boleh berbuka (tidak puasa ) dan
harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa"
(HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syaratMuslim , kitab AL-irwa jilid
IV hal 19).
KESIMPULAN: Pelajaran yang dapat diambil
dari keterangan di atas adalah : Orang Mu'min yang diberi kelonggaran
diperbolehkan untuk tidak puasa
Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
- Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
- Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.
Orang Mu'min yang diberi kelonggaran
diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi
wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang
tidak lagi mampu mengerjakan puasa
karena:
- Umurnya sangat tua dan lemah.
- Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
- Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
- Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
- Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan. ( dalil 2,7,8 dan 9).
VIII HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
1. "...dan makan dan minumlah hingga
jelas bagimu benang putih dari benang hitam (fajar ), kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai malam..." ( Al-Baqarah : 187).
2. "Dari Abu Hurairah ra.: bahwa
sesungguhnya nabi saw. telah bersabda : Barangsiapa yang terlupa, sedang dia
dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia
sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya
karunia makan dan minum " (Hadits Shahih, riwayat Al-Jama'ah kecuali An-Nasai).
3. Dari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya
Nabi saw telah bersabda : Barang siapa yang muntah dengan tidak sengaja,
padahal ia sedang puasa - maka tidak wajib qadha ( puasanya tetap sah ), sedang
barang siapa yang berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia
mengqadha ( puasanya batal ). ( H.R : Abu Daud dan At-Tirmidziy )
4. Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata :
Disaat kami berhaidh ( datang bulan ) dimasa Rasulullah saw. kami dilarang
puasa dan diperintah untuk mengqadhanya
dan kami tidak diperintah untuk mengqadha
shalat. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
5. Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata :
Telah bersabda Nabi saw. Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa ( Ramadhan
) sejak malam, maka tidak ada
puasa baginya. ( H.R : Abu Daud ) hadits
shahih.
6. Telah bersabda Rasulullah saw: Bahwa
sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat
( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia
berkata : Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: Ya
Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (di siang hari) padahal saya dalam
keadaan puasa ( Ramadhan ), maka Rasulullah saw bersabda : Punyakah kamu
seorang budak untuk dimerdekakan ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah saw bersabda
: Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut ? Lelaki itu menjawab : Tidak.
Beliau
bersabda lagi : Punyakah kamu persediaan
makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin ? Lelaki itu menjawab :
Tidak. Lalu beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah
datang dengan membawa satu keranjang
kurma, lalu bertanya : dimana orang yang bertanya tadi ? ambilah
kurma ini dan shadaqahkan dia. Maka orang
tersebut bertanya : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah
? Demi Allah tidak ada diantara
sudut-sudutnya ( Madinah ) keluarga yang
lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi saw. lalu tertawa sampai terlihat
gigi serinya kemudian bersabda :
Ambillah untuk memberi makan keluargamu. (
H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
KESIMPULAN
Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas
menerangkan kepada kita bahwa hal-hal yang dapat membatalkan puasa ( Ramadhan )
ialah sbb :
- Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil : 2 )
- Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil :3 )
- Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka. (dalil : 5 dan 6 )
- Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.( dalil : 7 )
- Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib ).( dalil : 4 )
IX. HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN
WAKTU IBADAH PUASA.
1. Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa
sesungguhnya Nabi saw. dalam keadaan junub sampai waktu Shubuh sedang beliau
sedang dalam keadaan puasa, kemudian mandi. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
2. Diriwayatkan dari Abi Bakar bin
Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. ia berkata kepadanya : Dan
sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau
padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara panas. ( H.R :
Ahmad, Malik dan Abu Daud )
3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa
sesungguhnya Nabi saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa. (H.R :
Al-Bukhary ) .
4. Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah
Rasulullah saw mencium ( istrinya ) sedang beliau dalam keadaan puasa dan
menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya (
tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau
dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan
birahinya. ( H.R : Al-Jama'ah kecuali
Nasa'i) hadits shahih.
5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj :
Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita
itu berkata : Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam
keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ? Maka ia menjawab : Adalah Rasulullah r
pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa. ( H.R :
Aththahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat
Muslim ).
6. Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah : Sesungguhnya
Nabi saw bersabda : Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung )
keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa.
( H.R :Ashhabus Sunan )
7. Perkataan ibnu Abbas : Tidak mengapa
orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya ( Ahmad dan
Al-Bukhary ).
KESIMPULAN
Hadits-hadits tersebut di atas memberi
pelajaran kepada kita bahwa hal-hal tersebut di bawah ini bila diamalkan tidak
membatalkan puasa :
- Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
- Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh. (dalil : 1 )
- Berbekam pada siang hari. ( dalil : 3 )
- Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari.( dalil 4 dan 5 )
- Beristinsyak ( menghirup air kedalam hidung )terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya. ( dalil : 6 )
- Disuntik di siang hari.
- Mencicipi makanan asal tidak ditelan.(dalil :7)
ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.
1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra.
telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan
siang telah pergi dari arah sini, sedang
matahari sudah terbenam, maka orang yang
puasa boleh berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
2. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad :
Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Manusia ( ummat Islam ) masih dalam
keadaan baik selama mentakjilkan
(menyegerakan) berbuka. ( H.R : Al-Bukhary
dan Muslim)
3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata
: Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum
shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk
air beberapa teguk. ( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem )
4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa
sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu
puasa hendaklah berbuka dengan
kurma, bila tidak ada kurma hendaklah
dengan air, sesungguhnya air itu bersih. ( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi )
5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah
Nabi saw. selesai berbuka Beliau berdo'a (artinya) telah pergi rasa haus dan
menjadi basah semua urat-urat dan pahala
tetap ada Insya Allah. ( H.R :
Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )
6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata :
Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka
mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada
makan malam itu ( yang sudah terhidang ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra:
Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : Makan sahurlah kalian karena
sesungguhnya makan sahur itu berkah. (H.R :
Al-Bukhary )
8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma'di
Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda : Hendaklah kamu semua makan sahur, karena
sahur adalah makanan yang penuh berkah. ( H.R : An-Nasa'i )
9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit t
berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk
menunaikan shalat ( Shubuh ). saya berkata :
Berapa saat jarak antara keduanya ( antara
waktu sahur dan waktu Shubuh )?Ia berkata : Selama orang membaca limapuluh
ayat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia
berkata : Adalah para sahabat Muhammad saw. adalah orang yang paling
menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi )
11. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila
salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya
janganlah diletakkan hendaklah ia
menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur
)daripadanya. (H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem )
12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia
berkata : Shalat telah di'iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan
Umar ra. beliau bertanya : Apakah ini
boleh saya minum wahai Rasulullah ? Beliau r.a menjawab : ya, lalu ia meminumnya.
( H.R Ibnu Jarir )
13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia
berkata :Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih
dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika
Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya
pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. al-qur'an
dan benar-benar Rasulullah saw. lebih dermawan tentang kebajikan( cepat berbuat
kebaikan ) daripada angin yang dikirim.(HR Al-Bukhary )
14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia
berkata :Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di
bulan Ramadhan tanpa memerintahkan
secara wajib, maka beliau bersabda : Barang
siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan
pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( H.R :
Jama'ah )
15. Diriwayatkan dari Aisyah ra.
Sesungguhnya Nabi saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan
) beliau benar-benar menghidupkan malam (
untuk beribadah ) dan membangunkan istrinya
( agar beribadah ) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli
istrinya ). ( H.R : Al-Bukhary dan
Muslim )
16. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata :
Adalah Nabi saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir (
di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( H.R :
Muslim )
17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur
Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat
malamnya Rasulullah saw di bulan
Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah
saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan
maupun di bulan lainnya, caranya :
Beliau shalat empat raka'at jangan tanya
baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan
panjangnya, kemudian shalat tiga
raka’at. ( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan
lainnya )
18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata
: Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan
shalat dua raka'at yang ringan,
kemudian shalat delapan raka'at, kemudian
shalat witir. ( H.R : Muslim )
19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata
: Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana
cara shalat malam ? Maka
Rasulullah r. menjawab : Shalat malam itu
dua raka'at dua raka'at. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka
berwitirlah satu raka'at. ( H.R : Jama'ah)
20. Dari Aisyah ra. ia berkata :
Sesungguhnya Nabi saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan
shalat beliau ( bermakmum di belakang ), lalu
beliau shalat pada malam kedua dan para
sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang
ketiga atau yang keempat mereka
berkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar
mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang
kalian perbuat, tidak ada yang
menghalangi aku untuk keluar kepada kalian
( untuk mengimami shalat ) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan
atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )
21. Dari Ubay bin Ka'ab t. ia berkata :
Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal A'la
)dan ( Qul ya ayyuhal kafirun)
dan (Qulhu wallahu ahad ). ( H.R : Ahmad,
Abu Daud, Annasa'i dan Ibnu Majah )
22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia
berkata : Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku
baca dalam qunut witir : ( artinya ) Ya
Allah berilah aku petunjuk beserta
orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna
beserta orang yang telah engkau beri
kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku
beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah
Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang
telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya
Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak
akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja
yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. (
H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw.
bersabda :Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni
dosanya yang telah lalu. ( H.R :
Jama'ah )
24. Diriwayatkan dari Aisyah ra.
Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : berusahalah untuk mencari
lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir. (H.R : Muslim )
25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia
berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada
malam kedua puluh tujuh, maka
Rasulullah saw. bersabda : Sayapun bermimpi
seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia (
lailatul qadar ) pada malam-malam
ganjil. ( H.R : Muslim )
26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata
: Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan
bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu ?
Beliau bersabda : Bacalah ( artinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha
pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. (H.R :
At-Tirmidzi dan Ahmad )
27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata
: Adalah Rasulullah saw mengamalkan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada
bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan
oleh Allah Azza wa Jalla. ( H.R :
Al-Bukhary dan Muslim )
28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata
: Adalah Rasulullah saw. apabila hendak beri'tikaf, beliau shalat shubuh
kemudian memasuki tempat
i'tikafnya.......... ( H.R :Jama'ah kecuali
At-Tirmidzi )
29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata
: Adalah Rasulullah saw. apabila beri'tikaf , beliau mendekatkan kepalanya
kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali
karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll...) ( H.R :
Al-Bukhary dan Muslim )
30. Allah ta'ala berfirman : ( artinya )
Janganlah kalian mencampuri mereka( istri-istri kalian ) sedang kalian dalam
keadaan i'tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan
di dekati...( Al-Baqarah : 187 )
31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia
berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Setiap amal anak bani Adam adalah
untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku
dan aku yang memberikan pahala dengannya.
Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu
puasa janganlah berbuat keji , jangan
berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila
seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : "
sesungguhnya saya sedang puasa" . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya
sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah
pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan,
apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan
Rabbnya ia gembira karena puasanya. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia
berkata : Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak
meninggalkan perkataan bohong dan amalan
kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat
( untuk menerima ) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( H.R: Jama'ah
Kecuali Muslim ) Maksudnya
Allah tidak merasa perlu memberi pahala
puasanya.
33. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda
kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang
menghalangimu untuk melakukan haji
bersama kami ? Ia menjawab : Keledai yang
ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji
bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami.
Nabi pun bersabda lagi : Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji
atau haji bersamaku. ( H.R :Muslim)
34. Rasulullah sw. bersabda : Apabila
datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah
karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji. ( H.R : Muslim)
KESIMPULAN
Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas
memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu
melaksanakan adab-adab sbb :
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu
Maghrib. ( dalil: 6 ) Sunnah berbuka adalah sbb :
- Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat. ( dalil: 2,3 dan 4 )
- Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. ( dalil : 6 )
- Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah. ( dalil: 5 )
2. Makan sahur. ( dalil : 7 dan 8 )
Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati
Shubuh. (dalil 9 dan 10 )
b. Apabila pada tengah makan atau minum
sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai,
tidak perlu dihentikan di tengah sahur
karena sudah masuk waktu Shubuh. ( dalil 11
dan 12 ) * Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman
sahabat maupun tabi'in.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi,
banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an ( dalil : 13
)
4. Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih
dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh
malam terakhir( 20 hb. sampai akhir
Ramadhan). (dalil : 14,15 dan 16 ) Cara
shalat Tarawih adalah :
- Dengan berjama'ah. ( dalil : 19 )
- Tidak lebih dari sebelas raka'at yakni salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at. ( dalil : 17 )
- Dibuka dengan dua raka'at yang ringan. ( dalil : 18)
- Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad. ( dalil : 21 )
- Membaca do'a qunut dalam shalat witir. ( dalil 22 )
5. Berusaha menepati lailatul qadar pada
sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan
menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat
beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah
pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku. ( dalil : 25 dan 26 )
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam
terakhir. (dalil : 27 )
Cara i'tikaf :
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke
tempat i'tikaf di masjid. ( dalil 28 )
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali
ada keperluan yang mendesak. ( dalil : 29 )
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf. (
dalil : 30)
7. Mengerjakan umrah. ( dalil : 33 dan 34 )
8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji
dan menjauhi pertengkaran. (dalil : 31 dan 32 )
Maraji’ (Daftar Pustaka):
1. Al-Qur’anul Kariem
2. Tafsir Aththabariy.
3. Tafsir Ibnu Katsier.
4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.
5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.
6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar