Tulisan ini tidak bermaksud membela siapa-siapa, namun
tulisan ini sebagai pencerahan bagi semua, terutama bagi mereka yang memiliki
kepentingan politik kekuasaan. Tulisan ini terilhami karena beredarnya SMS di kalangan
guru, bahwa salah satu calon presiden dikatakan akan menghapus program
sertifikasi guru.
Kenapa guru yang dibidik? Logikanya, jumlah guru yang
relatif besar diyakini akan memberikan kontribusi suara yang besar bila black campaign itu “termakan”. Dan, isu
yang paling seksi untuk dihembuskan ke guru sebagai amunisi untuk menimbulkan
antipati terhadap calon presiden tertentu adalah program sertifikasi guru.
Sebuah ide yang brilian untuk dimainkan, meski caranya culas.
Oleh pembuat isu, barangkali guru dianggap mudah dimainkan
emosinya dengan melempar isu bertema sesuatu yang sensitif di kalangan guru.
Nyatanya, ada beberapa (mungkin banyak juga) yang termakan isu itu. Nah, benar
kan prediksi mereka (pembuat isu) bahwa guru
banyak juga yang kadang kurang menggunakan logikanya dalam menerima isu.
Logika yang mestinya dimunculkan oleh para guru, mungkinkah
seorang calon presiden melontarkan wacana yang akan menyebabkan pengurangan
massa pemilihnya? Misalnya, mungkinkah seorang calon presiden berjanji akan menaikkan harga BBM
kalau dia menjadi presiden. Atau, seorang calon presiden berjanji akan
menurunkan gaji PNS?
Menghapus program sertifikasi guru, bisa saja dilakukan oleh
seorang presiden baru dengan alasan membebani anggaran negara dan dinilai tidak
cukup signifikan dalam mendongrak kinerja guru. Namun, bila wacana tersebut
dilontarkan saat ini, tentu saja sebuah blunder besar, karena pasti akan
menimbulkan resistensi di kalangan guru dan guru tidak akan memilih capres
tersebut.
Sebagai insan yang berpendidikan, rasanya memprihatinkan
bila guru dengan mudah digoyang dengan isu tidak rasional dan muskil. Dan, yang
memprihatinkan lagi, isu tersebut ditularkan kepada guru lain. Duh guru, mari
lebih cerdas lagi membaca dinamika kehidupan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar