03 Juli 2012

Efektifitas Pelaksanaan Kelas Bergerak (Moving Class)

(Sebuah Refleksi antara Idealisme dan Hambatan)
Oleh : Wahyudi Oetomo, SPd.
Guru SMP Negeri 1 Kamal
            Ketika sekolah kami pada semester ini (2007) memutuskan untuk menggunakan sistem pembelajaran kelas bergerak (moving class) , muncul perasaan gamang di sebagian besar guru, karena tidak pernah menerapkan sistem pembelajaran tersebut. Bayangan keruwetan akan muncul dalam pelaksanaan kelas bergerak  benar-benar menjadi kekhwatiran sebagian besar guru.
            Tanpa dibekali oleh persiapan yang memadai tentang kelas bergerak, dan minimalnya sarana pendukungnya akhirnya sistem kelas bergerak diputuskan oleh kepala sekolah untuk diterapkan pada semester ini.
            Idealisme yang dipaparkan oleh kepala sekolah tentang pilihannya untuk menggunakan kelas bergerak adalah meminimalkan waktu hilang pada setiap pergantian jam pelajaran, efisiensi waktu persiapan sebelum mengajar, menghilangkan kejenuhan siswa yang muncul pada kelas permanen, dan memperbanyak intensitas interaksi siswa antar tingkatan kelas.
            Lalu, muluskah pelaksanaan kelas bergerak di sekolah kami? Jumlah ruangan yang tersedia sebenarnya cukup, melebihi jumlah rombongan belajar. Sekolah kami memiliki dua laboratorium IPA, dua Laboratorium Bahasa Inggris, dua Laboratorium TIK, satu laboratorium keterampilan, satu ruang multimedia, satu ruang kesenian, satu musholla, dan 22 ruang kelas. Menurut pandangan kepala sekolah, waktu itu, cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan kelas bergerak. Jadwal pelajaran pun disusun disertai dengan pengaturan ruang mata pelajaran, meski agak memusingkan urusan kurikulum namun akhirnya selesai juga.
            Sebelum sistem kelas bergerak diterapkan di sekolah kami, sekolah kami sempat melaksanakan uji coba selama seminggu, saat siswa kelas sembilan menunggu hasil ujian UAN tahun pelajaran 2007 / 2008, tidak masuk ke sekolah. Dan, di uji coba tersebut, meski di sana-sini dijumpai raut wajah kebingungan, baik pada siswa maupun pada guru, namun secara umum pelaksanaan sistem baru ini bisa diterapkan di sekolah kami.
            Detik-detik yang mendebarkan bagi kami ketika semester ini betul-betul secara resmi sistem kelas bergerak diterapkan. Ketakutan kesemrawutan pelaksanaan kelas bergerak sangat menghantui perasaan saya, yang kebetulan ikut dalam tim penggodokan persiapan pelaksanaan kelas bergerak. Saat 21 kelas melakukan kelas bergerak secara bersamaan dan sebelumnya tidak pernah dilakukan, sungguh sulit dibayangkan.
            Ternyata, di hari pertama itu, ketakutan itu tidak terbukti, kelas bergerak berjalan sesuai skenario.Lalu, hari-hari berikutnya akankah semulus itu perjalanan kelas bergerak di sekolah kami?
            Penerapan sistem baru dalam bidang apapun selalu memunculkan berbagai problem, bahkan  ada yang terang-terangan menolak sistem baru itu. Kemapanan itu terlanjur membuat kita malas melakukan perubahan, termasuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam perjalanan, mulai muncul satu persatu hambatan kelas bergerak, yang bagi sebagian guru digunakan untuk menyerang sekolah karena telah mengeluarkan kebijakan yang tidak populer dan membingungkan guru dan siswa.
            Kelas mata pelajaran, yang idealisasinya adalah menciptakan efisiensi bagi guru dalam mempersiapkan diri sebelum mengajar, ternyata memunculkan egoisme berlebihan bagi sebagian guru terhadap kelasnya. Saat kelas mata pelajaran lain dikondisikan menggunakan ruang mata pelajaran lain karena kelas mata pelajaran yang sesuai digunakan semua, ada sebagian guru melarang mata pelajaran lain masuk ke kelas mata pelajaran yang berbeda. Alasannya, kelas  sudah di-setting untuk pelajaran tertentu, dan khawatir akan rusak jika digunakan oleh mata pelajaran lain. Setiap koordinator kelas mata pelajaran yang ditunjuk diberi kunci ruangan untuk mengamankan aset yang ada di kelas, namun bukan untuk melarang kelasnya dipakai mata pelajaran lain, bila kelas mata pelajaran lain membutuhkan. Dan, ini kadang menjadi sumber konflik antar guru. Sebelumnya, kepala sekolah sudah menjelaskan bahwa kebersamaan sebagai satu sekolah harus tetap dijaga, bukan justru muncul egosentris tiap mata pelajaran. Belum lagi bila yang memegang kunci ruangan terlambat datang, yang membuat siswa keleleran, karena tidak bisa masuk ruangan.
            Kritik lain dari guru terhadap pelaksanaan kelas bergerak adalah sulitnya memfokuskan siswa pada awal pelajaran setelah siswa pindah kelas. Apalagi pelajaran yang akan dihadapi termasuk kategori mata pelajaran sulit, seperti matematika dan IPA-fisika. Ada sebagian guru berpendapat, guru membutuhkan sekitar lima belas menit untuk mengkondisikan siswa siap untuk belajar. Termasuk saat guru akan mengakhiri pelajaran, siswa lebih fokus menyiapkan diri untuk pindah kelas, karena apabila dia terlambat di kelas mata pelajaran yang berikutnya akan mendapat sangsi. Sehingga, termin terakhir dari sintaks kegiatan pembelajaran di kelas yaitu menyimpulkan pelajaran menjadi tidak optimal, dan sering tidak dapat dilaksanakan karena keburu dipotong bel pergantian jam pelajaran.
             Titik lain yang menjadi sorotan guru mata pelajaran disekolah kami adalah saat perpindahan kelas mata pelajaran yang dapat dianggap menjadi celah bagi siswa yang nakal untuk membolos. Dan, kenyataannya di sekolah kami hal itu terjadi.
            Guru BK (Bimbingan dan Konseling) ikut merasa tidak nyaman dengan penerapan kelas bergerak di sekolah kami. Pasalnya, guru BK merasa kesulitan memantau siswa-siswa bermasalah, karena kelas mereka sulit dicari.
            Juga, banyak guru mengeluhkan rendahnya rasa ikut memiliki kelas (sense belonging). Karena merasa bukan kelasnya, siswa sering kurang peduli pada kebersihan kelas yang ditempati. Akibatnya, sering waktu efektif berkurang karena sebagian digunakan untuk membersihkan kelas, yang mestinya dilakukan sebelum pelajaran dimulai atau setelah pelajaran berakhir.
            Beberapa problema yang muncul dalam pelaksanaan kelas bergerak di sekolah kami, mungkin akan juga dijumpai di sekolah lain dengan langgam yang hampir sama. Mestinya problema yang muncul itu akan tereliminasi dengan sendirinya sejalan dengan berjalannya waktu. Pada awal adaptasi perubahan dari sistem kelas permanen ke kelas bergerak memang akan dijumpai rasa canggung, bingung, ruwet, atau bahkan putus asa. Lalu, akan muncul pertanyaan : sampai kapan kita akan bertahan dalam keruwetan seperti ini ? Mampukah kita bertahan sampai seminggu, sebulan, satu semester, atau bahkan satu tahun pelajaran  dengan sistem baru ini?
            Kalau kita (seluruh komponen sekolah) sulit untuk bersabar menghadapi sesuatu yang baru, maka perubahan kelas permanen ke kelas bergerak mungkin tidak akan bertahan lama. Pada awal pemberlakuan kelas bergerak pasti banyak yang merasa tidak nyaman.
            Sesungguhnya idealisme yang ada pada sistem kelas bergerak sangat positif. Kelas bergerak bukan sekedar pindah kelas setiap pergantian pelajaran, namun lebih ditujukan pada efisiensi pra KBM, mengurangi hilangnya jam efektif, mengurangi rasa jenuh siswa berada pada ruang yang sama berjam-jam, serta memperbanyak interaksi siswa antar tiap tingkatan kelas.
            Banyak guru di sekolah kami yang tidak cukup sabar beradaptasi dengan perubahan baru. Setelah hampir dua bulan sistem kelas bergerak diterapkan di sekolah kami, telah memunculkan polemik. Pro dan kontra terhadap sistem kelas bergerak cukup mengganggu suasana nyaman di sekolah. Kebetulan saat itu ada mutasi kepala sekolah, dan kepala sekolah yang baru datang di sekolah kami menyerap aspirasi ketidaknyamanan sebagian besar guru terhadap sistem kelas bergerak.
            Tanpa diberi kesempatan untuk dianalisa kelebihan dan kelemahannya, sistem kelas bergerak yang telah diberlakukan sekitar dua bulan, melalui voting di rapat dewan guru, akhirnya diputuskan untuk tidak lagi diterapkan di sekolah kami.
            Sebuah pelajaran penting bagi sekolah lain yang juga akan menerapkan kelas bergerak sehingga tidak senasib dengan sekolah kami adalah: jangan terburu-buru menerapkan sistem ini sebelum semua hal yang berkaitan dengan kelas bergerak dipersiapkan sematang mungkin. Jangan menerapkan sistem kelas bergerak hanya karena latah, mengejar prestise biar beda dengan sekolah lain! Bila sudah bulat akan menerapkan sistem kelas bergerak persiapkan dengan matang semuanya, jangan setengah-setengah. Samakan visi semua komponen sekolah tentang keunggulan kelas bergerak, baru melaksanakan sistem kelas bergerak. Kalau tidak, nanti akan bernasib sama dengan sekolah kami.  Semoga tidak, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pidato Mendikbudristek untuk upacara peringatan Hardiknas 2023.pdf

     Teks bisa di unduh disini