03 Juli 2012

Cerpen

FACEBOOK
Oleh: Wahyudi Oetomo

            Siang itu matahari membakar seluruh permukaan bumi, terasa  memanggang seluruh penghuninya. Karto menghempaskan tas kerjanya ke kursi tamunya dengan agak keras. Wajahnya tegang, dahinya mengkerut. Kelihatan betul pikirannya sedang kusut. Setelah melepas sepatunya, ia menuju ruang dapur untuk mengambil segelas air, mendinginkan kepalanya  setelah bertemu banyak masalah di sekolah tempatnya mengajar.
            Karto, seorang guru SMP negeri di sebuah kecamatan. Dia seorang guru yang berdedikasi tinggi pada tugasnya, berangkatnya pagi pulangnya kadang sampai sore karena harus menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Karto adalah guru yang bersahaja, namun selalu mengikuti perkembangan jaman.
            Hari ini kepala Karto tambah puyeng ketika membuka penutup meja makan, tidak mendapatkan makanan sama sekali. Pagi tadi Karto tidak sempat sarapan karena terburu-buru, dan di sekolah tidak sempat mampir ke kantin karena ngurusi kasus siswa bertengkar sampai siang. Di rumah, Karto pun tidak menemukan makan siang.
            ”Bu, hari ini kamu tidak masak?”, teriak Karto dari dapur ditujukan kepada istrinya, yang tengah berada di dalam kamar.
            ”Bu ....., kamu dengar tidak ?”, suara Karto tambah keras.
Rupanya istri Karto tidak mendengar teriakan suaminya. Dia sedang asyik dengan hand phone-nya. Istri Karto sedang keranjingan online di internet lewat hp-nya. Istri Karto sedang keranjingan facebook, jejaring sosial lewat dunia maya. Dia sibuk meng-uploud fotonya ke facebook. Sampai-sampai makan siang suaminya tidak diurusi.
            Karto masuk kamar, dan mendapati istrinya memelototi hp-nya, tak berkedip.
            ”Bu, kamu tidak masak hari ini?”
            ”Sebentar pak, aku masih meng-uploud fotoku ke facebook, sebentar lagi aku akan masak”
            Tanpa berdialog lagi, sehabis ganti baju dan sholat dhuhur Karto mengambil kunci kontak sepeda motor Fit X kesayangannya, dan cabut ke warung makan untuk makan siang. Kepala Karto serasa mau pecah, apalagi perutnya kosong, badannya lemah tak bertenaga. Tingkah istrinya hari ini menambah tensi darah Karto meninggi. Dia lebih mementingkan urusan internetan dari pada makan siang suaminya.
            Sebulan yang lalu, adiknya Karto, Rinto mampir ke rumah Karto, dan bercerita tentang internet yang dapat menghasilkan uang.
            ”Ah, masak main internet bisa menghasilkan uang, bukan justru menyedot kantong karena pulsa habis terkuras untuk biaya online?”, tanya Karto pada waktu itu pada adiknya.
            ”Coba baca buku ini, nanti kamu akan mengerti apa maksudku”, kata adiknya sambil memberikan sebuah buku tentang merias Blog.
            Saat istri Karto ikut-ikutan membaca buku itu, dan tahu kalau hp-nya bisa untuk internetan, dia malah lebih tertarik online daripada Karto sendiri. Istri Karto mulai minta tolong pada Karto untuk dibuatkan sebuah blog. Sejak saat itu, istri Karto keranjingan internet, lewat hp atau lewat komputer.
            Sekarang, ketika koran banyak membahas facebook, istri Karto pun tak mau ketinggalan, minta dibuatkan facebook di internet. Akibatnya, tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu sering terbengkalai karena terlalu lama di depan hp atau komputer.
            Memang istri Karto termasuk istri gaul. Sayang hobbi barunya telah menyebabkan pekerjaan rumah tangganya menjadi terbengkalai. Hampir seminggu istri Karto tidak menyentuh cucian. Dibiarkan menumpuk disudut kamarnya, hingga berbau sangit. Seragam sekolah anaknya, baju PSH Karto, daster, kaos kaki, menumpuk menyerupai bukit kecil. Karto, benar-benar hilang kesabarannya melihat tingkah istrinya yang kian tak terkendali.
            “Bu, kalau kamu tidak pernah mau mendengarkan nasihatku untuk mengurangi hobbi barumu itu, dan kembali mengerjakan tugas-tugasmu sebagai ibu rumah tangga, maka aku akan memutus saluran telpon rumah kita, dan aku akan menjual hp kesayanganmu itu”, pinta Karto pada istrinya pada suatu sore.
            “Baik, aku akan menuruti nasehatmu, aku tidak akan main internet lagi. Aku janji. Tapi, saluran telpon kita jangan diputus. Nanti, kalau ibumu  akan meneleponmu tidak bisa.”, jawab istri Karto seperti menyesali kesalahannya selama ini.
            “Baik, tapi kamu harus janji tidak akan menyia-nyiakan waktumu berlama-lama di depan komputer hanya untuk bermain facebook”, kata Karto mengalah.
            Sejak saat itu, kehidupan normal telah kembali di rumah Karto. Makan siang selalu tersedia di meja. Cucian tidak pernah sampai menumpuk. Rumah Karto selalu terlihat rapi. Istri Karto benar-benar telah insyaf.
            Hari itu, Karto pulang agak pagi, karena dia hanya mengajar sampai jam ke empat. Setelah menstarter motor Fit X-nya, Karto tidak langsung pulang ke rumah, dia ingat hari ini hari terakhir pembayaran telpon, dan dia langsung menuju kantor Telkom yang berjarak sekitar tiga ratus meter dari sekolah tempatnya mengajar.
            Karena hari ini hari terakhir pembayaran rekening telpon, terlihat loket pembayaran dipenuhi orang. Kalau saja ini bukan hari terakhir, pasti Karto pulang balik  ke rumah, bayar keesokan harinya. Kalau bayar besok harinya, pasti kena denda keterlambatan. Meski, agak sedikit dongkol Karto tetap antri menunggu namanya dipanggil.
            “Karto Dirjo”, teriak petugas loket.
            Buru-buru Karto merangsek menerobos kerumunan orang yang berjubel di depan loket, berdiri tepat di depan loket.
            ”Berapa, Mas?”, tanya Karto.
            ”Lima ratus empat puluh ribu, Pak”, jawab petugas loket mantap.
            ”Apa...? Kok, sebanyak itu?”, tanya Karto sambil memelototkan matanya.
            ”Telkomnet instannya saja, empat ratus sembilan puluh ribu, belum biaya beban,  pemakaian hp, dan telepon lokal”, tukas petugas loket menjelaskan.
            Rupanya, istri Karto belum insyaf, dia masih main facebook ketika Karto di tempat kerja. Sehingga rekening telepon rumahnya membengkak berlipat-lipat.
            Seketika pandangan Karto berkunang-kunang, lalu gelap. Karto pingsan, karena hanya membawa uang tujuh puluh lima ribu.

Kamal, 21 Juli 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pidato Mendikbudristek untuk upacara peringatan Hardiknas 2023.pdf

     Teks bisa di unduh disini